Banyak perubahan yang terjadi ketika saya sudah resmi menjadi
seorang mahasiswi. Mulai dari jam tidur yang tidak teratur, pola makan berubah,
serta selalu dikejar deadline tugas. Saya merasa agak tertekan dan pusing secar
terus-menerus. Tapi disamping semua itu, ya, saya bahagia.
Saya bahagia mendapat teman-teman baru yang luar biasa
peduli dan kami tidak sungkan untuk melakukan hal gila bersama-sama. Gengsi ?
tak pernah ada kalimat itu dalam kamus kami, itu adalah persamaan dasar yang
membuat kami bisa secepat ini akrab.
Kehidupan kampus ternyata sangat menyenangkan. Saya yang
sebelumnya sudah terbiasa dengan sistem moving class tidak merasa canggung
sedikit pun menerapkannya juga selama perkuliahan. Lari-lari mencari ruang
kelas bukan hal asing lagi. Namun hal yang paling terasa adalah ketika saya
bangun pagi-pagi untuk mengikuti kelas yang jelas-jelas dijadwal dipampangkan
tepat pukul 08.30, harus molor bisa sampai satu jam lamanya. Ternyata benar,
yang namanya di PHP –Pemberi Harapan
Palsu- dosen tidak enak. Bahkan kata teman saya “Please, tolong. Cukup
cowok yang suka PHP, dosen jangan !!”
Memang benar-benar menyebalkan. Dalam sehari bahkan bukan
hanya satu dosen yang menerapkan sistem PHP, saya hanya bisa pasrah. Kebanyakan
teman-teman saya menyukai ketika dosen tidak masuk. tetapi saya tidak. Dosen
tidak masuk artinya saya harus menunggu jadwal dosen selanjutnya dalam rentang
waktu yang lumayan lama. Rumah jauh membuat saya harus tetap duduk manis
dikampus untuk menunggu kelas selanjutnya.
Tapi harus saya akui bahwa sistem pemPHPan ini sedikit
menguntungkan bagi saya. Saya kesulitan dalam mengatur waktu dan itu membuat
saya hampir selalu terlambat disemua jadwal kelas saya. Dosen PHP dan molor
waktu masuk ? saya selamat. Tapi kalau dosen rajin ? saya pun harus menebalkan
muka dan mengetuk pintu secara lembut dan berkata “Maaf, saya terlambat. Saya
masih boleh ikut mata perkuliahan anda ?”
Terlambat tidak semenyenangkan yang terlihat, apalagi
kalau terlambat secara rutin. Teman-teman sudah tidak asing lagi melihat satu
bangku kosong dan sudah tidak menunggu saya lagi untuk duduk manis menunggu
dosen dan memulai perkuliahan. Tapi dibalik semua itu, saya benar-benar
menikmati masa kuliah walaupun memang benar masa putih abu-abu lah fase terbaik
dalam hidup saya selama ini.